BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kesehatan mental telah lama menjadi perhatian umat manusia. Jauh sebelum
kaum akademisi berusaha meneliti dan menangani problem kesehatan mental,
masyarakat awam sudah melakukan usaha-usaha penanganannya sejalan dengan
kemampuan mereka. Kesehatan mental itu memang bukan masalah yang baru karena
merupakan kebutuhan dasar manusia. Kesehatan fisik maupun kesehatan mental sama-sama
penting diperhatikan.Tiadanya perhatian yang serius pada pemeliharaan kesehatan
mental di masyarakat ini menjadikan hambatan tersendiri bagi kesehatan secara
keseluruhan. Hanya saja karena faktor keadaan, dalam banyak hal kesehatan
secara fisik lebih dikedepankan dibandingkan kesehatan mental. Mengingat
pentingnya persoalan kesehatan mental ini, banyak bidang ilmu khususnya yang
mempelajari persoalan perilaku manusia. Berbagai bidang ilmu yang memberi porsi
tersendiri bagi studi kesehatan mental diantaranya dunia kedokteran,
pendidikan, psikologi, studi agama, dan kesejahteraan sosial. Kesehatan mental
disadari telah memiliki kontribusi bagi pengembangan dan penerapan bidang ilmu
yang dipelajari. Hal ini karena manusia tidak dapat dilepaskan dari aspek
kesehatan mental. Menurut Daradjat (2001: 9) kesehatan mental seseorang
dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Yang
termasuk faktor internal antara lain: kepribadian, kondisi fisik, perkembangan
dan kematangan, kondisi psikologis, keberagamaan, sikap menghadapi problema
hidup, kebermaknaan hidup, dan keseimbangan dalam berfikir. Adapun yang
termasuk faktor eksternal antara lain: keadaan ekonomi, budaya, dan kondisi
lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan.
Dalam mempelajari kesehatan mental terdapat penyesuaian diri antara diri
sendiri dengan diri nya sendiri, maupun diri sendiri dengan orang lain ataupun
lingkungan.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apakah pengertian
dari kesehatan mental?
1.2.2
Apa saja faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan mental?
1.2.3
Apa saja
pengaruh kesehatan mental terhadap perasaan?
1.2.4
Apa saja kategori
penggolongan kesehatan mental?
1.2.5
Apa saja terapi
gangguan jiwa atau mental?
1.2.6
Apa saja
peranan pendidikan agama terhadap kesehatan mental?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mengetahui
pengertian dari kesehatan mental.
1.3.2
Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental.
1.3.3
Mengetahui
pengaruh dari kesehatan mental terhadap perasaan.
1.3.4
Mengetahui
kategori atau penggolongan kesehatan mental.
1.3.5
Mengetahui terapi-terapi
gangguan jiwa atau mental.
1.3.6
Mengetahui
peranan dari pendidikan agama terhadap kesehatan mental.
1.4 Sistematika
Penulisan
BAB I Pendahuluan : Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan, dan Sistematika Penulisan.
BAB
II Pembahasan : Pengertian,
Faktor-faktor, Perasaan, Kategori, Terapi, Pendidikan Agama.
BAB III Penutup : Kesimpulan & Saran.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kesehatan Mental
Istilah “kesehatan
mental” diambil dari konsep mental hygiene.
Kata “mental” diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahas latin yang artinya
psikis, jiwa atau kejiwaan. Kesehatan mental merupakan bagian dari psikologi
agama, terus berkembang dengan pesat. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa
mental hygiene berarti mental yang
sehat atau kesehatan mental. Sedangkan yang dimaksud Kesehatan mental adalah
terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis
maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial).
Mental yang sehat tidak
akan mudah terganggu oleh Stressor (penyebab
terjadinya stres). Orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri
dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya. Noto
Soedirdjo, menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental
adalah memiliki kemampuan diri untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang
dari lingkungannya. Sedangkan menurut Clausen Karentanan (Susceptibility)
Keberadaan seseorang terhadap Stressor
berbeda-beda karena faktor genetik, proses belajar dan budaya yang ada
dilingkungannya, juga intensitas stressor
yang diterima oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda.
Zakiah Daradjat
mendefinisikan kesehatan mental dengan beberapa pengertian:
1. Terhindarnya seseorang dari gejala jiwa
(neurose) dan gejala penyakit jiwa (psychose)
2. Adanya kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain,
masyarakat atau lingkungannya
3. Pengetahuan dan perbuatan seseorang untuk
mengembangkan potensi bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin sehingga
menyebabkan kebahagiaan diri sendiri dan orang lain serta terhindar dari
gangguan dan penyakit jiwa.
4. Terwujudnya keharmonisan dalam fungsi jiwa
serta terciptanya kemampuan untuk menghadapi permasalahan sehari-hari sehingga
merasakan kebahagiaan dan kepuasan hati.
Jadi kesehatan mental
adalah keserasian atau kesesuaian antara seluruh aspek psikologis yang dimiliki
oleh seorang untuk dikembangkan secara optimal agar individu mampu melakukan
kehidupan sesuai dengan tuntutan-tuntutan atau nilai-nilai yang berlaku secara
individual, kelompok maupun masyarakat luas sehingga sehat baik secara mental
maupun secara sosial.
2.2Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
2.2.1
Faktor Internal
Faktor internal adalah
faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat, bakat, keturunan
dan sebagainya. Contoh sifat yaitu seperti sifat jahat, baik, pemarah, dengki,
iri, pemalu, pemberani, dan lain sebagainya. Contoh bakat yakni misalnya bakat
melukis, bermain musik, menciptakan lagu, akting, dan lain-lain. Sedangkan
aspek keturunan seperti turunan emosi, intelektualitas, potensi diri, dan sebagainya.
2.2.2
Faktor Eksternal
Faktor eksternal
merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi
mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan seorang manusia
adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik, kakek-nenek, dan
masih banyak lagi lainnya. Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu seperti
hukum, politik, sosial budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan,
masyarakat, dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental
seseorang, namun faktor eksternal yang buruk / tidak baik dapat berpotensi
menimbulkan mental tidak sehat.
Selanjutnya selain
kedua faktor tersebut yang dapat mempengaruhi kesehatan mental, juga dapat
dipengaruhi oleh aspek psikis manusia. Aspek psikis manusia pada dasarnya
merupakan satu kesatuan dengan sistem biologis, sebagai sub sistem dari
eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan
aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan untuk
melihat jiwa manusia.
Ada beberapa aspek
psikis yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental, antara lain:
2.2.3
Pengalaman Awal
Pengalaman awal
merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang terjadi pada individu terutama
yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman awal ini adalah merupakan bagian
penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian
hari.
2.2.4
Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan
dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Orang yang telah mencapai
kebutuhan aktualisasi yaitu orang yang mengeksploitasi segenap kemampuan bakat,
ketrampilannya sepenuhnya, akan mencapai tingkatan apa yang disebut dengan
tingkatan pengalaman puncak.
Dalam berbagai
penelitian ditemukan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan mental,
disebabkan oleh ketidakmampuan individu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Kebutuhan yang dimaksud di sini adalah kebutuhan dasar yang tersusun secara
hirarki. Kebutuhan biologis, kebutuhan rasa aman, meliputi kebutuhan dicintai,
kebutuhan harga diri, pengetahuan, keindahan dan kebutuhan aktualisasi diri.
2.3 Pengaruh
Kesehatan Mental Terhadap Perasaan
Berikut ini akan di
uraikan tiap-tiap persoalan (perasaan) dengan contoh-contohnya :
2.3.1
Rasa Cemas
Adanya perasaan tidak
menentu, panik, takut tanpa sebab yang menyebabkan timbulnya perasaan gelisah
pada diri seseorang. Misalnya, perasaan seorang ibu yang gelisah karena anaknya
terlambat pulang, berbagai pikiran berkecamuk dalam dirinya, ia merasa khawatir
bila anaknya mendapat kecelakaan, diculik orang, dan sebagainya. Karena itu,
sebaliknya berusaha mengatasi kegelisahan itu dengan mencari cara pemecahannya.
2.3.2
Iri Hati
Perasaan iri hati
sering terjadi dalam diri seseorang, namun sebenarnya perasaan ini bukan karena
adanya kedengkian dalam dirinya melainkan karena ia sendiri tidak merasakan
bahagia dalam hidupnya. Sebagai contoh adalah seorang ibu yang masih muda,
cantik dan kaya, merasa iri kepada suaminya karena anak-anaknya lebih dekat
kepadanya. Ia juga merasa bahwa suaminya tidak mengindahkan perasaannya. Hal
ini menyebabkan terjadinya pertengkaran dan perselisihan anatara mereka karena
kecurigaan istri kepada suaminya.
2.3.3
Rasa Sedih
Rasa sedih ini
terkadang berpangkal dari hal-hal yang kecil yang terjadi karena kesehatan
mental yang terganggu, bukan karena penyebab kesedihannya secara langsung.
2.3.4.
Rasa Rendah Diri dan Hilangnya Kepercayaan Diri
Rasa rendah diri
menyebabkan seseorang menjadi mudah tersinggung sehingga menyebabkan orang yang
bersangkutan tidak mau bergaul karena merasa dikucilkan. Ia tidak mau
mengemukakan pendapat dan tidak memiliki inisiatif. Lama kelamaan kepercayaan
dirinya akan hilang bahkan ia mulai tidak mempercayai orang lain. Ia menjadi
mudah marah atau sedih hati, menjadi apatis dan pesimis.
2.3.5.
Pemarah
Seseorang yang sering
marah-marah tanpa sebab biasanya mengalami gangguan kesehatan mental. Pada
dasarnya, marah merupakan ungkapan kekecewaan, atau ketidakpuasan hati.
2.4 Kategori atau
Penggolongan Kesehatan Mental
2.4.1. Gangguan
Somatofarm
Gejalanya bersifat
fisik, tetapi tidak terdapat dasar organik dan faktor-faktor psikologis.
2.4.2. Gangguan
Disosiatif
Perubahan sementara
fungsi-fungsi kesadaran, ingatan, atau identitas yang disebabkan oleh masalah emosional.
2.4.3. Gangguan
Psikoseksual
Termasuk masalah
identitas seksual (impotent, ejakulasi, pramatang, frigiditas) dan tujuan
seksual.
2.4.4. Kondisi
yang Tidak dicantumkan Sebagai Gangguan Jiwa.
Mencakup banyak masalah
yang dihadapi orang-orang yang membutuhkan pertolongan seperti perkawinan,
kesulitan orang tua, perlakuan kejam pada anak.
2.4.5. Gangguan
Kepribadian
Pola prilaku maladaptik
yang sudah menahun yang merupakan cara-cara yang tidak dewasa dan tidak tepat
dalam mengatasi stres atau pemecahan masalah.
2.4.6. Gangguan
yang Terlihat Sejak Bayi, Masa Kanak-Kanak atau Remaja.
Meliputi
keterbelakangan mental, hiperaktif, emosi pada kanak-kanak, gangguan dalam hal
makan.
2.4.7. Gangguan
Jiwa Organik
Terdapat gejala
psikologis langsung terkait dengan luka pada otak atau keabnormalan lingkungan
biokimianya sebagai akibat dari usia tua dan lain-lain.
2.4.8. Gangguan
Penggunaan Zat-Zat
Penggunaan alkohol
berlebihan, obat bius, anfetamin, kokain, dan obat-obatan yang mengubah
prilaku.
2.4.9. Gangguan
Skisofrenik
Serangkaian gangguan
yang dilandasi dengan hilangnya kontak dengan realitas, sehingga pikiran,
persepsi, dan prilaku kacau dan aneh.
2.4.10. Gangguan
Paranoid
Gangguan yang ditandai
dengan kecurigaan dan sifat permusuhan yang berlebihan disertai perasaan yang
dikejar-kejar.
2.4.11. Gangguan
Afektif
Gangguan suasana hati
(mood) yang normal, penderita mungkin mengalami depresi yang berat, gembira
yang abnormal, atau berganti antara saat gembira dan depresi.
2.4.12. Gangguan
Kecemasan
Gangguan dimana rasa
cemas merupakan gejala utama atau rasa cemas dialami bila individu tidak
menghindari situasi-situasi tertentu yang ditakuti.
2.5 Terapi Gangguan
Jiwa
Terapi di sini
mengandung arti proses penyembuhan dan pemulihan jiwa yang benar-benar sehat.
Di antaranya terapi-terapi yang digunakan meliputi beberapa bentuk :
2.5.1
Terapi
Holistic, yaitu terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan
ditujukan kepada gangguan jiwanya saja, dalam arti lain terapi ini mengobati
pasien secara menyeluruh.
2.5.2
Psikoterapi
Keagamaan, yaitu terapi yang diberikan dengan kembali
mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.
2.5.3
Farmakoterapi,
yaitu terapi dengan menggunakan obat. Terapi ini biasanya diberikan oleh dokter
dengan memberikan resep obat pada pasien.
2.5.4
Terapi
Perilaku, yaitu terapi yang dimaksudkan agar pasien berubah
baik sikap maupun perilakunya terhadap obyek atau situasi yang menakutkan.
Secara bertahap pasien dibimbing dan dilatih untuk menghadapi berbagai objek
atau situasi yang menimbulkan rasa panik dan takut. Sebelum melakukan terapi
ini diberikan psikoterapi untuk memperkuat kepercayaan diri.
2.6
Peranan Pendidikan Agama Terhadap Kesehatan Mental
Ada beberapa
peranan pendidikan agama dalam kesehatan mental, antara lain:
2.6.1.
Dengan Agama, dapat Memberikan Bimbingan dalam Hidup
Ajaran agama yang di
tanamkan sejak kecil kepada anak-anak dapat membentuk kepribadian yang islami.
Anak akan mampu mengendalikan keiginan-keiginan dan terbentuk sesuatu
kepribadian yang harmonis maka ia mampu menghadapi dorongan yang bersifat fisik
dan rohani/sosial, sehingga ia dapat bersikap wajar, tenang, dan tidak
melanggar hukum dan peraturan masyarakat.
2.6.2.
Ajaran Agama sebagai Penolong dalam Kesukaran Hidup
Setiap orang pasti
pernah merasakan kekecewaan, sehingga bila ia tidak berpegang teguh pada ajaran
agama, dia akan memiliki perasaan rendah diri, apatis, pesimis, dan merasakan
kegelisahan. Bagi orang yang berpengang teguh pada agama, bila mengalami
kekecewaan ia tidak akan merasa putus asa. Tetapi, ia menghadapinya dengan
tenang dan tabah. Ia segera mengingat Tuhan, sehingga ia dapat menemukan faktor-faktor
yang menyebabkan kekecewaan. Dengan demikian, ia terhindar dari gangguan jiwa.
2.6.3.
Aturan Agama dapat Menentramkan Batin
Agama dapat memberi
jalan penenang hati bagi jiwa yang sedang gelisah. Banyak orang yang tidak
menjalankan perintah agama, selalu merasa gelisah dalam hidupnya. Tetapi,
setelah menjalankan agama ia mendapat ketenangan hati. Seseorang yang telah
mendapat kesuksesan terkadang melupakan agama. Ia terhanyut dalam harta yang
berlimpah. Bahkan ia berusaha terus mencari harta yang dapat membuat dirinya
bahagia. Namun, jauh dalam lubuk hatinya, ia merasa hampa. Hatinya gersang dan
tidak pernah tentram. Kemudian ia merenungkan diri merasa hartanya tidak dapat
memberinya ketenangan batin.
2.6.4.
Ajaran Agama sebagai Pengendali Moral
Moral adalah kelakuan
yang sangat sesuai dengan nilai-nilai masyarakat, yang timbul dari hati dan
disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan (tindakan tersebut).
2.6.5
Agama dapat Menjadi Terapi Jiwa
Agama dapat membendung
dan menghindarkan gangguan jiwa. Sikap, perasaan, dan kelakuan yang menyebabkan
kegelisahan akan dapat diatasi bila manusia menyesali perbuatannya dan
memohon sehingga tercapailah kerukunan hidup dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
2.6.6.
Peranan Agama bagi Pembinaan Mental
Unsur-unsur yang
terpenting dalam menentukan corak kepribadian seseorang adalah nilai-nilai
agama moral dan sosial (lingkungan) yang di perolehnya. Jika di masa kecil
mereka memperoleh pemahaman mengenai nilai-nilai agama, maka kepribadian mereka
akan mempunyai unsur-unsur yang baik. Nilai agama akan tetap dan tidak
berubah-ubah, sedangkan nilai-nilai sosial dan moral sering mengalami
perubahan, sesuai dengan perubahan perkembangan masyarakat. Imam akan
sifat-sifat Tuhan Maha Kuasa dan Maha Pelindung sangat diperlukan oleh setiap
manusia. Karena setiap orang memerlukan rasa aman dan tidak terancam oleh
bahaya, musuh, mala petaka dan berbagai gangguan terhadap keselamatan dirinya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kesehatan mental adalah
terhindarnya seseorang dari gejala gangguan atau penyakit mental, terwujudnya
keharmonisan yang sungguh-sungguh antar fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi dan merasakan
secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya, adanya kemampuan yang
dimiliki untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan lingkungannya,
berlandaskan keimanan dan ketakwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang
bermakna dan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Berdasarkan orientasi
penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan seseorang
untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya, dan
kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara
keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya
berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan
perkembangan seseorang dalam lingkungannya. Kesehatan mental seseorang sangat
erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan masyarakat tempat ia hidup,
masalah-masalah hidup yang dialami, peran sosial dan pencapaian-pencapaian
sosialnya.
3.2
Saran
Setiap satuan
pendidikan seharusnya memberdayakan program-program pengembangan diri,
bimbingan konseling, dan sejenisnya sebagai media yang sangat efektif di
sekolah untuk pembinaan potensi peserta didik sesuai minat-bakat dan berfungsi
efektif bagi pencegahan dini sekaligus tindakan terhadap penyimpangan, gangguan/sakit
mental yang dialami peserta didik. Pendidikan budaya dan karakter seharusnya
diintegrasikan dalam seluruh proses pembelajaran di kelas dan lingkungan
sekolah secara konsisten untuk menjamin kesehatan mental siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Umaiyah,
Meliyanti. “Makalah Kesehatan Mental”.
Ø Aedien,
Aep. “Makalah Kesehatan Mental”.
Ø Hidayati,
Ana. “Kesehatan Mental”
Read More